Total Tayangan Halaman

Sabtu, 06 Januari 2018

remah ayam goreng

“Makan. Sekarang.”

“Gak. Mau.”

Dengan gemas aku mendekati telingamu sambil berbisik, “makan atau kuping renyah ini aku jilat.”
Berhasil. Kau memakan paha ayam goreng di meja dengan lahap sambil bergidik ngeri. Demi Tuhan, aku ingin sekali menggigit pipi itu sekarang.

“Aku tuh lagi diet, tau.”

“Kenapa?” aku mengelap remahan tepung di bibirmu dengan cepat.

“Iseng”

“Aneh,” aku memasukkan sisa burger terakhir ke mulutku sendiri seraya memandangimu. Kau, dengan lucunya mendelik sambil mengusap hidung.

“Ya, nanti kalau aku gendut, gimana? Nanti kamu pergi cuma karena lemakku numpuk gimana?”

Matahari menggeliat, menerpa atap - atap dan loteng - loteng yang bangun kesiangan. Mobil - mobil berlalu, terurai dari kemacetan jalan. Dan kamu terus menatap apapun yang berlalu di depanmu, tanpa berkedip. Tanpa bergerak. Sepuluh detik penuh kita bersama tanpa kata.

“Hei,” aku menggandeng tanganmu, memandangmu serius. “Kita mungkin bisa pisah. Tapi bukan karena triasilgliserida yang numpuk di jaringan adiposit tubuhmu ini. Dan, aku janji, bukan aku yang pergi.”

Kau tersenyum, meremas genggamanku, kemudian melepaskannya pelan. “Yuk, udah nggak macet lagi.”

***

Kau terlihat cantik saat memasuki ruangan resepsi pernikahan. Persis seperti dulu. Itu bahkan senyum yang lebih sempurna daripada yang sebelum - sebelumnya― sebelum hari ini. Aku hanya tertawa kecil saat tamu - tamu undangan wanita saling berbisik, memuji dan bahkan iri kepadamu. Kau melambaikan tangan padaku sedikit, seakan takut jika para tamu melihat kita dan menjadikan ini bahan olokan.
Aku membalas lambaian kecilmu dengan senyuman.

“Hai,” katamu pelan.

Cantik. Belum berubah. Masih suka tersenyum, dan selalu memainkan telunjuk saat merasa gelisah. Aku tersenyum, entah mengapa memegang pundakmu sebentar.

“Selamat ya,” aku tersenyum kecil.

Cepat - cepat aku turun dari pelaminan tempatmu bersanding dengan suamimu. Mengingat betapa lima tahun berlalu luar biasa cepat, menyadari betapa ingatan mengenai ayam goreng masih terasa segar di pikiran. Tidak, tidak semua yang kuingat. Beberapa yang kuingat, hanyalah aku telah berjanji aku tidak akan pergi. Aku bersyukur, janji itu telah kutepati.

―vadam