"Kamu mau yang mana? Level tiga?" tanyaku sambil meliriknya dari ujung mata.
Ia berjinjit, berusaha menyipitkan mata saat melihat daftar papan menu.
"Hm, iya yang biasanya aja. Apalagi ya? Bacain dong. Lupa bawa kacamata, mataku minusnya makin parah."
Aku membacakan daftar menu dan ia mendengarkanku sambil sesekali menimbang-nimbang antara membeli es krim atau sekedar cupcake. Alisnya mengerut, pipinya memerah, dan aku makin jatuh cinta.
------
Kami duduk berhadapan. Ia sibuk memakan es krimnya ketika aku tinggal untuk cuci tangan.
"Kamu mau kulit ayamku? Punyamu kena saus semua, sudah bukan kulit krispi lagi."
Aku memisahkan kulit ayam dari piringku, kemudian meletakkan kulit ayam itu di piring miliknya.
Ia memandangku sekilas, kemudian berkata;
"Kamu kan juga suka? Kenapa buat aku?"
"Aku lebih suka kamu." jawabku seraya menyedot minumanku.
Sejenak, hanya sejenak, aku melihat pipinya memerah. Ia tersenyum. Manis sekali.
"Yaudah, ini buat kamu kalo gitu." ujarnya sambil menyodorkan saus cocolan kejunya padaku.
"Eh, kok? Aku ikhlas, beneran deh. Kamu ga perlu ngebales gini. Kamu kan juga suka." tolak ku.
Ia tersenyum, dan berkata;
"Aku juga lebih suka kamu...."
"....aku tahu kamu suka kejunya. Ini buat kamu."
Ia memandangiku, dan kini pipiku ikut memerah.
Ia menyukaiku.
Ia mencintaiku.
Tak ada kata cinta sore itu, namun kami berdua makin tergila-gila satu sama lain.
Kami saling menyatakan cinta lewat tawa, tanpa kata.