Total Tayangan Halaman

Senin, 31 Juli 2017

Diatas senja utama menembus malam hari

Malam itu pengumuman kelulusan sekolah kedinasan.

"Anda dinyatakan TIDAK LULUS karena tidak memenuhi kriteria di bidang kesehatan".

"Bagaimana bisa berangkat kepusat padahal di daerah sudah memenuhi kesehatan" pikir anak itu.

Sebelas orang teman sedaerahnya menangis keras, dan anak itu hanya tersenyum dan terus menenangkan rekannya.
Rekan sedaerahnya yg lolos memeluk anak itu dan menangis di bahunya. Hanya menangis kencang padahal ia lolos dan anak itu mengatakan "jangan nangis dasar lemah" tutur anak itu. Rekannya berkata "lu pasti dikasih jalan yg terbaik, lu udah gue anggep sodara sendiri, tetep semangat" tutur rekannya seraya terisak-isak. Dan anak itu tersenyum.

Malam itu seperti petir yg memecah awan. Tapi lagi lagi anak itu hanya diam. Ia bertanya dalam hati "kewajibanku sudah kulakukan dan sunnahpun sudah kulakukan, tapi hasil tidak sesuai apa yg kuminta, apakah ini suatu ujian dari-Mu?".
Anak itu memang kuat atau hanya berusaha kuat(?). Seluruh rekannya yg gagal menangis dan ia berusaha menyemangati. Ia tidak menangis hanya berpikir.

Diatas bumi maguwo
Dibawah langit Jogjakarta

Jatuh dari menggapai bintang dilangit
Bersiap untuk mengambil mutiara dilaut
Semangat rekan.

Selasa, 04 Juli 2017

Untuk Nonaku yang Berwajah manis di Tempat.


Selalu ada hal tentangmu dalam ingatan nona, dalam setiap waktu beberapa rindu sulit ku usir perlahan.
Nona, dari pertama kita dipertemukan hatiku seakan diberi magnet padamu. Ia berbicara meski tak terucap, ia meyakinkan diri ini berkali kali dan kau seakan menarik lebih kuat rasa ini ke puasaran ruang hatimu; tempat yang selalu ingin kususupi lebih jauh dan lebih dalam untuk mengenalmu dan memilihmu.

Nona, aku tak menyangka semesta memudahkan aku menujumu. Berbagai cara kulakukan agar obrolan kita selalu kau tunggu, dan begitupun diriku. Entah hal apa semakin larut kau bawa aku mengenalmu, kau ajak lebih jauh aku untuk lebih dekat. Aku suka dan kau tertawa lewat canda hingga akhirnya kita saling menumbuhkan rasa.

Nona, hari ke hari perasaan ini semakin menggebu bahkan aku tak sadar ia mengalir begitu saja pada tiap obrolan kita.
Nona, saban malam aku berbincang pada langit melalui doa. Aku terus memanjangkan sujud dan meminta; agar selalu ada dan bisa kapanpun untuk membuatmu tertawa, untuk membuatmu bahagia tanpa adalagi luka.

Nona, ketika kau terlelap di sana aku menjagamu dalam mimpi juga doa. Agar kelak, kebersamaan kita ini terus ada, dan berlanjut seterusnya.
Nona, hal-hal yang kita tempatkan di masing masing rasa aku tanamkan juga butir percaya. Dan pada matamu yang meneduhkan ada hal yang tak ingin kujatuhkan; gerimis di matamu.
Karena kau perlu tahu Nona, sebab sedihmu mungkin terlampau banyak namun izinkan aku sebagai pengusap dan pengusir tangismu yang terdepan dan yang paling kuat. Aku ingin menjadi bahu terdepanmu, aku ingin menjadi telinga yang senantiasa menerima apapun yang kau ceritakan setiap waktu.

Nona, Ketika aku sedang dilanda ragu
senyummu mengubah semua itu.
Raga yang kupaksa agar tak jatuh
sosokmu hadir menguatkan langkahku.
Nona, Saat semua menjauh dan menghilang
dengan mengingatmu perasaanku tak lagi bimbang.
Nona, Saat diamku berujung sepi
pelukanmu memecahkan sunyi dan ketika aku jauh darimu rindu sederhana membujukku untuk lebih lama menikmati kebersamaan itu.

Nona, aku memang tak bisa menjelaskan takdir kita seperti apa nantinya, tapi bolehkah aku menyebut namamu berulang ulang pada sepertiga malam. Agar kelak, usahaku menjadi cara yang tepat untuk memilihmu dan menjadikanmu pelengkap sebuah kehidupan.

Nona, teruslah di sampingku, teruslah menjadi menguatkan segala hal yang barangkali tak mampu ketempuh sendirian.
Nona, karena ada kau, hidup tak akan terasa sulit kujalani apapun kondisi dan kenyataannya.

Nona, Terima kasih telah mengubah hariku menjadi tak lagi abu, Terima kasih telah mempercayaiku untuk melangkah bersamamu.

Nona, Tetaplah menjadi rumah yang ternyaman, alasannya aku berteduh dari penat yang kurasa.

Terima kasih Nona, aku bahagia.

Senin, 03 Juli 2017

Bola

"Sayang, aku ingin tidur", ucap laki-laki itu sambil membaringkan kepalanya dipaha sang gadis.

Belum sempat gadis itu menjawab, laki-laki tersebut sudah memejamkan matanya. Sang gadis paham betul, laki-laki tersebut semalam kurang tidur— sebab ia menonton pertandingan sepakbola. Lalu ia tak bisa tidur sampai adzan subuh berkumandang.

Ternyata kebiasaan laki-laki itu belum juga hilang, jika ia begadang sampai larut pagi— ia akan bisa tidur nyenyak saat subuh tiba. Sigadis sempat bertanya, alasan laki-laki tersebut soal perihal itu, lalu ia menjawab dengan enteng— agar ia tidak kebablasan untuk sholat subuh. Itu sebabnya ia tidur setelah adzan subuh.

Lalu gadis itu tersenyum, melihat wajah laki-laki yang begitu damai, saat ia terlelap diatas pahanya.

Dan sampai akhirnya gadis itu berucap kepada sang laki-laki. Bukan— sepertinya tak pantas jika disebut berucap, lebih tepatnya adalah bisikan. Bisikan yang sangat halus— mungkin anginpun tak mampu untuk mendengarnya

"Bahagia selalu ya?
Sayang, saya paham
Tak selamanya kita akan seperti ini", bisik sang gadis diberi jeda

Lalu ia melanjutkan,

"Siap tak siap, tega tak tega.
Jika takdir tak berpihak— kita tak bisa berbuat apa-apa".

—9445
#storiesof9445