"Kasus pemerkosaan terhadap wanita tanpa identitas (24), masih dalam tahap penyidikan. Kini tersangka masih diproses."
"Pantas saja! Lagian, tidak berpakaian sopan, tertutup, atau apalah yang penting tidak mengundang kejahatan!"
------------------------------------------
Namaku Putri.
Tidak mampu duduk di bangku SD kelas 4, seperti teman-teman yang lain.
Kegiatanku sehari-hari hanya membantu Ibuku; mulung plastik yang berserakan di pinggir jalan.
Kadang, Ibu meninggalkanku di daerah dekat pasar sehingga dia bisa jalan menyusuri perumahan orang untuk mengais tempat sampah mereka. Hal ini Ibu lakukan agar sampah yang kami dapat lebih banyak, dibanding harus sama-sama pergi ke satu tempat dalam waktu bersamaan.
Hingga pukul 10 malam, aku menunggu dekat minimarket untuk Ibu jemput.
Bapakku pergi meninggalkan kami berdua, bahkan sebelum aku lahir.
Kata Ibu, mereka bahkan tidak menikah. Aku tidak mengerti apa yang terjadi saat itu. Namun, Ibu pun tidak melanjutkan ceritanya.
Aku bersyukur, punya Ibu yang masih mau merawatku.
Dalam satu hari, Ibu harus berjalan mengelilingi Pamulang, daerah tempat tinggal kami, demi mendapat upah Rp 25.000 hasil mengumpulkan plastik. Uang itu Ibu gunakan untuk membeli makan saja.
Kira-kira dalam satu hari, syukur kami bisa makan sekali. Beli di Warteg; nasi, tahu,tempe, dan minum gratis— sebesar Rp 6000 per porsi.
Kadang kami juga tidak makan karena upah Ibu terlambat diberikan.
Ibu memang menabung, tapi kalau sudah 3 hari upah terlambat diterima, tabungan Ibu habis lagi untuk beli makan kami.
------------------------------------------
Setiap malam, aku menunggu Ibu di minimarket.
Berharap Ibu sudah membeli makanan, agar kami tidak perlu berjalan jauh lagi untuk mencari Warung Tegal yang masih buka.
------------------------------------------
Malam itu, aku seperti biasa duduk di parkiran minimarket.
Tiba-tiba ada seorang perempuan tua melihatku dan bertanya tentang aku dan Ibu.
"Orang tuanya mana, Dek?"
"Ibu mulung, ini saya lagi nunggu."
Setelah dia bertanya beberapa hal, aku melihatnya kembali masuk ke minimarket dan keluar memberikanku beberapa roti dan susu.
"Dek, nih untuk kamu sama Ibumu." Katanya sambil memberikan uang Rp 100.000
Terlalu banyak dan aku sempat menolak, tapi katanya aku pantas menerimanya. Perempuan itu merasa kasihan mendengarku yang harus duduk di pinggiran jalan setiap malam dengan angin dingin berhembus— tanpa jaket menghangatkan; hanya baju kaos besar lusuh dan tipis, menjadi penutup tubuh kecilku.
Sama halnya dengan Ibu, kaosnya tipis dan hanya memakai celana selutut.
Pakaian kami compang-camping. Maklum, kami hanya mendapat baju baru dari tempat sampah rumah orang, yang keadaannya juga tidak lagi utuh.
Perempuan itu akhirnya pamit pulang. Di sini, aku masih menunggu Ibu pulang. Tak sabar untuk memberikan uang dan roti ini kepadanya. Pasti dia senang sekali, rezeki dari Tuhan hari ini benar-benar besar.
Tapi malam itu, Ibu tak kunjung datang.
Minimarket bahkan sampai tutup, dan Ibu tak kunjung menjemputku. Angin malam semakin kencang, dinginnya mulai menusuk dan aku menggigil karenanya.
"Ibu mana?" Aku bergumam sendiri sambil sesekali menengok kanan atau kiri, berharap sosok Ibu sudah mendekat.
Tapi tidak. Tidak ada Ibu di sana. Aku mulai cemas dan takut bila sesuatu terjadi pada Ibuku. Apakah dia tersesat? Apakah dia lupa untuk menjemputku di sini? Apakah dia sengaja untuk tidak menjemputku? Tidak mungkin.
Atau mungkin dia pingsan di tengah perjalanan dan tidak ada orang yang menyadarinya?
"Bu, Ibu di mana? Ini ada roti dan uang untuk Ibu. Pulang Bu, Putri takut di sini."
------------------------------------------
Tiga hari berlalu, Ibu tidak menjemputku. Setiap pagi aku ke pasar, tidak kulihat Ibu di sana.
Aku balik lagi ke minimarket seperti biasa, tidak kulihat Ibu di sana.
Ibu pergi. Ibu lupa denganku. Mungkin aku hanya menjadi beban Ibu. Tidak apa, Bu. Maaf, rotinya kumakan karena aku lapar menunggu Ibu.
Ini uang juga sudah berkurang untuk ku belikan makan di warung. Tapi tetap akan ku sisakan untuk Ibu.
Ibu pergi tanpa kabar, yang kuingat hanya senyum terakhir Ibu sambil berkata, "Put, nanti ke minimarket ya jangan lupa. Mulung yang banyak. Jangan nyolong, baik-baik ya. Ibu pergi dulu, nanti dijemput."
------------------------------------------
"Telah ditemukan wanita tanpa identitas dengan usia sekitar 24-25 tahun tidak sadarkan diri, tergeletak di dekat empang milik warga setempat; tidak berbusana namun ditemukan pula pakaiannya tidak jauh dari tubuh wanita tersebut. Diketahui, ia telah diperkosa oleh seorang pria berinisial P (47) yang tertangkap dengan barang bukti dan pengakuan dari beberapa saksi. Saat diperiksa, P mengaku melakukan perbuatan mesum karena wanita ini sedang jalan sendirian pukul 9 malam dengan menggunakan pakaian yang berbayang— menonjolkan pakaian dalamnya dan bentuk tubuhnya.
Bagi teman atau keluarga yang mengenal wanita ini, mohon segera melapor ke kantor polisi. "
Komentar:
"Salahkan wanitanya, siapa suruh pakai baju yang kurang bahan! Wkwkw"
"Tuhkan, makanya jadi perempuan tuh yang bener. Diperkosa gini baru tau rasa lo HAHA"
"Loh, kok malah perempuannya? Ya pelakunya lah. Siapa suruh punya nafsu tidak dijaga!"
"Loh, kok malah pelakunya? Ya perempuannya lah! Siapa suruh pakai baju mini dan ketat?!"
------------------------------------------
-ymm
Jangan salahkan pakaiannya,
hindarilah jadi pelakunya.
#witheredroses