“Menulis bisa jadi pelarian paling setia dari patah hati. Saat kamu tak sanggup untuk bicara lagi, ubahlah kata-katamu menjadi rangkaian huruf yang penuh ironi. Buat semua orang tahu bagaimana dulu kamu jatuh dengan cinta, dan sekarang terjatuh tanpa sisa.”
.
.
Jika benar begitu, Sayang, aku pasti sudah berdosa sebab bercumbu dengan ribuan diksi yang mendesah.
Jika benar begitu, Sayang, aku pasti sudah terlena sebab mabuk dengan botol-botol berlabel aksara.
Jika benar begitu, Sayang, aku pasti sudah terkenal sebab tulisan yang dengan jalang beredar di pasaran.
.
Tapi nyatanya, penaku tak pernah menyentuh kertas, dan kata-kataku sudah terlanjur tumpas, terbawa oleh rasamu yang kini kandas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar